Kelinci, selain lucu sebagai binatang
piaraan, ternyata juga sangat lezat untuk dikonsumsi sekaligus
menyehatkan serta bahan obat untuk penyakit asma.BERBURU
makanan enak di Surabaya memang tak akan pernah ada habisnya. Bahkan
semakin hari, terus bertambah saja tempat-tempat makan di penjuru kota
yang menawarkan berbagai menu khas. Salah satunya yang masih tergolong
baru dan tidak banyak bisa dijumpai di tempat makan lain (resto, depot,
warung, lesehahan) adalah sate kelinci.
Selama ini, sate kelinci oleh
sebagian penikmatnya baru bisa didapat di daerah-daerah berudara dingin
atau pegunungan, seperti Malang maupun Pandaan. Namun seiring
mewabahnya informasi kuliner di masyarakat, kini jauh dari pucuk gunung
pun, seperti di Surabaya, sate kelinci dapat dinikmati dengan cita rasa
istimewanya.
Seperti pengalaman VENUS ketika berakhir pekan dengan
jalan-jalan di seputaran Surabaya untuk menyantap kelezatan daging
kelinci yang diolah menjadi sate maupun gulai. Namun sayang, di tengah
cuaca sore yang mendung itu kami kurang beruntung sehingga hanya dapat
menyantap satenya saja tanpa ditemani suguhan gulai kelinci yang
kabarnya top-top markotop itu.
Bertempat di sebuah warung kecil di
kawasan Jetis Kulon Surabaya, kami mencoba menambatkan hati untuk
menikmati hidangan ala kelinci di Warung Bedjo. Tempatnya cukup mungil
namun bersih. Pelayanannya pun cukup tepat waktu. Mencarinya pun tak
sulit, karena di depannya terpampang tegas plakatnya “Sate Kelinci”.
Gurih
dan kelezatan sate kelinci dengan bumbunya sepintas memang tidak ada
bedanya dengan sate lainnya (sate ayam maupun sate kambing). Hanya saja
teste dan tekstur kelinci bisa jadi merupakan pembedanya. Rasa daging
kelinci unsur gurihnya tidak begitu tajam sebagaimana ayam, namun
teksturnya cukup lembut dan tidak sekeras daging kambing.
Menurut si
pembakar sate kelinci Bedjo, kehadirannya di Surabaya dengan menu
pilihan utama sate dan gulai kelinci, adalah sebuah terobosan jemput
bola yang diperuntukkan bagi mereka yang hobi makan sate kelinci tanpa
harus jauh-jauh ke luar kota. Di samping itu, juga karena di kota
Pahlawan sendiri belum banyak orang yang membuka bisnis tempat makanan
serupa. Apalagi, di pasaran daging kelinci tidak dijual bebas, melainkan
harus memotong sendiri. Di Warung Bedjo sendiri, kelinci-kelinci siap
potong selalu datang setiap dua minggu sekali berkat pasokan peternak
kelinci asal Madiun yang merupakan kerabanya sendiri. Selain itu ada
juga pemasok dari daerah Malang dan sekitarnya, sehingga stoknya selalu
tak pernah kehabisan.
Dagingnya Empuk dan ManisDAGING
sate kelinci biasanya diambil dari kelinci siap potong yang berusia
antara 4-6 bulan. Dipilihnya kelinci usia itu, karena rasa dagingnya
empuk dan manis. Biasanya dari satu kelinci yang gemuk dapat diperoleh
60-90 tusuk sate. Sementara sisanya yang berupa potongan daging dan
tulang-tulangnya biasanya dijadikan bahan gulai.
Dalam penyajiannya,
sate kelinci tak ubahnya sate lainnya. Bumbunya pun sama yaitu terdiri
atas bumbu kacang bercampur irisan bawang dan kecap manis, plus jeruk
nipis. Di Warung Bedjo satu porsi sate kelinci yang terdiri dari 10
tusuk dihargai Rp. 9.000 sudah termasuk nasi atau lontong siap santap.
Sebagai
teman bersantap sate maupun gulai kelinci tersedia minuman khas yang
menyehatkan, yaitu es temu lawak atau es jeruk nan menyegarkan.
Masing-masing dihargai 2.000 perak per gelas. Jadi cukup murah daripada
harus jauh-jauh berburu sate kelinci ke Malang atau ke Teretes Prigen
yang memerlukan waktu tidak sedikit. So, bagi yang membawa teman makan
namun kurang selera dengan sate kelinci, di Warung Bedjo tersedia juga
menu lain yaitu ikan gurame bakar.
Selain warung sate kelinci Bedjo,
di Surabaya sate dan menu berbahan khusus daging kelinci ini juga bisa
di peroleh di kawasan Panjang Jiwo juga Nginden.
Dapat Sembuhkan AsmaSELAIN
dagingnya yang cukup banyak digemari orang sebagai bahan sate atau
gulai, ternyata daging kelinci juga cukup mujarab sebagai obat asma.
Khasiat ini sudah dibuktikan secara ilmiah oleh mahasiswa Universitas
Brawijaya (Unibraw) Malang yang terdiri dari Dian Kesuma. Bahkan berkat
keberhasilannya menemukan obat asma itu, mereka dinobatkan sebagai juara
nasional dalam lomba karya ilmiah tingkat nasional bidang IPA (Ilmu
Pengetahuan Alam) yang digelar di Solo beberapa waktu lalu.
Menurut
Dian Kesuma, hasil penelitian tersebut bermula dari pengalaman
pribadinya, yang sejak SD mengidap penyakit asma. Karena asma yang
diidapnya itu, setiap kena debu atau asap dia langsung bersin dan
batuk-batuk, dan disertai napas sesak. Kala itu, dia disarankan
banyak-banyak makan daging kelinci. Setelah rajin mengonsumsi daging
kelinci selama hampir satu tahun, penyakit yang dideritanya pun sembuh
hingga sekarang.
Selain sebagai obat asma, mengonsumsi daging
kelinci juga dapat menyembuhkan radang tenggorokan (esopagus). Untuk
yang satu ini merupakan hasil penelitian MJ. Naya dalam jurnal terbitan
Spanyol.
Rahasia kesembuhan lewat daging kelinci ini, menurut asumsi
Dian Kesuma dkk adalah, karena daging kelinci mengandung senyawa
kitotefin dan zat-zat lain seperti asam lemak omega tiga dan omega
sembilan yang bisa menyembuhkan penyakit asma.
Secara teknis menurut
Dian, daging kelinci itu mampu menstabilkan membran sel mastosit. Asma,
itu terjadi karena alergi. Daging kelinci itu bisa merangsang
terbentuknya antibodi pada tubuh. Antibodi itu kalau melekat pada sel
mastorit, memberannya bisa pecah. Kalau sudah pecah, yang bisa membentuk
otot-otot polos saluran napas berkontraksi. Akibatnya, saluran napas
menyempit sehingga terjadi asma. Asam lemak omega tiga dan sembilan cara
kerjanya sama. Makanya, daging kelinci itu bisa menyembuhkan dan
mencegah penyakit asma kalau dimakan secara rutin. Hanya saja, dalam
pengolahan daging kelinci sebagai obat itu perlu mendapatkan perhatian.
Kalau tidak, kadar kitotefinnya bisa hilang. Oleh sebab itu, dianjurkan
jangan terlalu panas dalam memasak daging kelinci agar kitotefin itu
tetap baik, memasaknya jangan sampai melebihi 150 derajat celcius. Jadi,
penasaran kan untuk mencobanya…? Jangan ngiler yaaa..
Penulis : Vanessa Ang. 8B-3